Grimoire, band asal selatan Bandung, telah meluncurkan debut album mereka yang bertajuk “Earth Cursed by The Sphere” pada Juni 2024, yang dirilis melalui Grimloc Records. Ini merupakan karya perdana mereka setelah sebelumnya merilis dua single demo, yang menjadi langkah awal menuju album penuh ini. Album ini tidak hanya menjadi perwujudan dari musik mereka, tetapi juga merupakan ekspresi puitis dan politik yang penuh emosi, menggabungkan kemarahan, melankoli, serta pandangan terhadap kondisi dunia yang semakin terpuruk.
Album ini memadukan berbagai genre yang saling melengkapi, seperti black metal dengan tekstur gelap, agresi crust punk, serta melodi post-rock yang suram dan berbalut atmosfer ambient. Terinspirasi oleh band-band seperti Fall of Efrafa, Alcest, Panopticon, dan Deszcz, Grimoire berhasil memberikan sentuhan baru pada skena musik di wilayah selatan Bandung, yang belakangan ini semakin berkembang, baik dari sisi sonik maupun aktivitas komunitasnya. Mereka menghadirkan nuansa yang lebih mendalam dalam karya ini, mengarahkan pendengar untuk merasakan kecemasan dan depresi melalui komposisi yang penuh dengan nuansa atmosferik.
“Earth Cursed by The Sphere” terdiri dari enam lagu yang menyajikan narasi tentang kematian bumi yang dipercepat oleh eksploitasi manusia terhadap alam. Album ini membahas isu-isu besar seperti deforestasi, krisis ruang hidup, dan dampak dari perkembangan teknologi yang tak terkendali. Grimoire menggambarkan proses kehancuran ini dengan atmosfer yang depresi, seraya menggambarkan langit yang mengutuk perbuatan manusia. Tema ini terasa sangat kuat dengan paduan melankolis ala Explosion In The Sky dan depresi atmosferik Agalloch, yang membawa pendengar pada perjalanan emosional yang mendalam.
Dalam pengerjaannya, Grimoire sangat terlibat dalam setiap aspek produksi album ini. Proses rekaman instrumen dan vokal dilakukan oleh Irsyad di Teargaslab, sementara drum direkam oleh Zoteng di Funhouse Studio. Untuk proses mixing dan mastering, mereka bekerja sama dengan Hamzah Kusbiyanto, yang memberikan sentuhan akhir pada suara album ini. Selain itu, proses pembuatan artwork album ini juga cukup panjang, dengan tiga kali kurasi sebelum akhirnya Grimoire mempercayakan desain kepada Herry Sutresna, yang dikenal dengan nama Ucok.
Album “Earth Cursed by The Sphere” sendiri merupakan hasil dari pengerjaan yang memakan waktu lebih dari dua tahun, penuh dengan tantangan dan drama di sepanjang prosesnya. Mulai dari masalah teknis hingga proses stamper CD yang dilakukan di Singapura, semua kendala tersebut tidak menghalangi semangat Grimoire untuk menyelesaikan karya ini. Album ini akhirnya siap dipersembahkan untuk para pendengarnya, yang tentunya akan mendapatkan pengalaman musik yang mendalam dan penuh arti.
Grimoire terbentuk pada akhir tahun 2021 dan melalui berbagai fase pengembangan hingga akhirnya menyelesaikan karya debut mereka. Band ini terdiri dari Ef pada gitar rhytm dan vokal, Aril pada gitar lead dan vokal, Bonz pada bass, Difky pada gitar lead, dan Kiki pada drum. Pada awal perjalanan mereka, Grimoire merilis demo raw yang direkam saat live session bersama Eastern Wolves, yang kemudian diikuti dengan single “Valar of Eternal Devotion” di awal tahun 2023, yang menjadi penghubung antara demo dan album penuh mereka.
Dengan album ini, Grimoire menunjukkan kedewasaan musik yang luar biasa dan keberanian mereka untuk mengeksplorasi berbagai elemen dalam musik yang kompleks, namun tetap terasa otentik. “Earth Cursed by The Sphere” bukan sekadar album musik, melainkan sebuah karya yang mengajak pendengarnya untuk berpikir lebih dalam tentang kondisi dunia saat ini, serta mengingatkan kita akan pentingnya menjaga keseimbangan antara teknologi dan alam, yang semakin terancam oleh keserakahan manusia.