Menghadapi datangnya musim hujan, band rock-alternatif asal Magelang, Epitychia, meluncurkan EP perdana mereka berjudul “Jeruji Berkarat.” Melalui karya ini, mereka berbagi cerita-cerita kehidupan yang relevan dengan banyak orang. Setelah merilis lima single sebelumnya, Epitychia tetap berkomitmen untuk berkarya dan terus mencari kreativitas dalam diri setiap anggotanya. EP ini hadir dengan narasi tentang perjuangan, kesedihan, dan amarah yang mendalam.
Dibentuk pada tahun 2020, band ini awalnya dikenal sebagai The ARK (The Arch Rock Killer). Meskipun mengalami beberapa perubahan formasi, Riyan Danu (gitar dan vokal) tetap menjadi penggerak utama, didukung oleh Niko Zun (bass dan vokal) serta Bagus Munir (drum). Perubahan nama dari The ARK menjadi Epitychia menandai komitmen mereka untuk berkarir secara serius dalam dunia musik.
Dengan EP “Jeruji Berkarat,” yang dirilis pada September 2024, Epitychia menunjukkan keseriusan mereka dalam berkarya. Setelah lima single di periode 2020 hingga 2023, EP ini menjadi langkah penting bagi mereka untuk menyampaikan cerita yang lebih mendalam. Judulnya yang lugas mencerminkan inti dari karya ini, mengisahkan pengalaman dan pertumbuhan pribadi yang dialami oleh para personil.
Menurut Riyan Danu, frontman band ini, “Jeruji Berkarat” merepresentasikan perjalanan anggota band dalam melampaui batasan diri. Musik ini bukan hanya hiburan, tetapi juga refleksi kekuatan diri yang diandalkan untuk mengatasi berbagai rintangan. Dengan lirik yang sederhana namun penuh arti, EP ini mampu menyampaikan pesan tanpa bertele-tele.
Secara keseluruhan, “Jeruji Berkarat” menciptakan warna baru dalam genre emo dan rock-alternatif dengan sound yang modern dan produksi yang matang. EP ini telah tersedia di seluruh platform digital, dan Epitychia mengajak pendengar untuk menikmati cerita-cerita yang terjalin dalam karya ini. Dengan peluncuran ini, mereka menunjukkan bahwa musik adalah medium untuk mengekspresikan segala bentuk perasaan dan pengalaman hidup.